Senin, 18 September 2017

Assalamualaikum,

Wah, terakhir kali buka blogger udah tiga tahun yang lalu. Like serious? hahaha. Agak gemash memang waktu baca-baca postingan yang macam anak labil (dihapus sayang wkwkwk)
Sedikit banyak yang udah terjadi tiga tahun ini.  Lembaran-lembaran kisah yang membuat, hmm, me and myself (duileee.. hahaha) mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Mulai dari kisah-kisah cinta unyu ke nyebelin ampun-ampun, cekcok sama teman yang ga ada habisnya, dan kuliah yang makin lama makin bikin frustasi. Ah, dan kkn yang bikin sebel tapi ngangenin. 


Dan, kamu..
Yang membuat semuanya terasa lebih... ehem. Menyebalkan.

Sekian deh, dilanjut besok.
Wassalamualaikum.



-H-
 
 

Sabtu, 04 Oktober 2014

Iseng-iseng berhadiah

Tepat satu waktu di hari senin, duduk bersama dengan teman yang lain. Lupa akan sosok dan tujuanku untukmu.. Tapi Tuhan memberikan jalan yang lain, satu di persimpangan kita bertemu. Diam dan dua bola matamu itu yang membuatku membisu. Tak berani menatap, aku hanya bisa membuang muka ini. Aku sudah lupa dengan semuanya, tapi semua sudah di setting sedemikian rupa oleh yang di Atas.

Tepat satu waktu di hari kamis, aku baru sadar kita memiliki relasi yang bahkan tak pernah terbesit di otakku. Kebetulan adalah sesuatu yang masih awam bagiku. Mungkin memang sudah jalannya adalah pemikiran yang pas untuk itu. Satu di lorong kelas kita bertemu, yang akhirnya aku memberikan selembar kertas... Tak berharap diingat, tak berharap balasan. Hanya rasanya seperti semua kupu-kupu ini hendak keluar memamerkan warna di sayapnya. Dan lagi sewaktu kamu membaca dan memanggil nama panggilanku, aku hanya bisa tertunduk. Dan dalam diam berharap semuanya mengalir seperti adanya.

Jumat, 05 September 2014

Hujan dan kenangan malam ini sekongkol. Membuat semuanya terasa begitu singkat dan kasat mata. Keluar bebas bersama dengan jatuhnya rintik-rintik air yang deras. Baunya, dinginnya, bahagianya, sedihnya, kecewanya, dan lainnya. Hidup itu adil, tanpa terkecuali. Menunggu dan ditunggu hal yang sudah biasa. Menunggu tanpa balasan pun, adalah hal biasa buatku. Menunggu dengan tidak sabar, menjadi kecewa, dan berujung... Hampa? Mungkin.
Aku menunggu tanpa aba dan isyarat. Berharap seseorang tau, dengan perasaan. Kenyataannya mustahil, bukan? Bisa tau tanpa aba dan isyarat yang diucapkan. Lewat ditelan waktu. Senyum walau rasanya sakit. Dan akhirnya semua hilang, bagai asap diantara hujan. Yang tersisa hanya, luka dan ucapan-ucapanmu.

Sabtu, 16 Agustus 2014

Hai, Kamu!

Aku fikir, bakal sepi karna perginya dia yang tanpa alasan. Berpikir bahwa mungkin ini adalah karmaku, karna pernah berbuat hal seperti ini kepada yang lain. Membayangkan hal itu kembali terulang.. Sungguh membosankan. Hal-hal tanpa ada orang yang menyapamu dipagi hari, pujian kecil yang melambungkan diri, dan bayangnya yang selalu ada di pikiran.

***

Tapi ternyata Allah punya rencana! Hore. Seperti layaknya kehidupan yang lain; ada yang datang, ada yang pergi. Orang ini datang disaat yang tepat. Awalnya hanya sekedar basa-basi di bbm, lalu memberi nomor hp, dan melanjutkan hal itu dengan santai. Hal kecil yang membuat hati senang, selalu menjadi hal yang patut buat disyukuri.
Alhamdulillah, karna telah datang kesini!!

Selasa, 05 Agustus 2014

Sepenggal perkenalan untuk Dia

Dulu, kami adalah orang yang paling bahagia. Dia dan kenakalannya, Aku dan sifat penakutku. Kami dekat disekolah, seperti layaknya teman dekat. Guru-guru mengenal kami seperti, sepasang anak yang tak terpisahkan. (Kita kasih inisial In aja yok :P)

Beberapa waktu lalu, Aku mengikuti pelatihan saat jam pelajaran dimulai. Aku lupa membawa ranselku sewaktu pelatihan. Setelah selesai pelatihan pun, Aku mengambilnya disekolah yang sudah sepi alamat kuburan. Mengecek kelas untuk mencari satu benda itu harusnya mudah disaat tempat ini kosong, tapi yang dicari tak kunjung muncul. Karna lelah dan takut dengan situasi seperti, Aku akhirnya memutuskan untuk pulang dan melanjutkannya besok.

***

Udara pagi hari disekolah sangat sejuk, karna sekolah kami di tanjakan bukit dan ini pukul setengah tujuh wajar saja. Aku adalah pengunjung pertama di sekolah setiap harinya. Duduk di dekat jendela adalah hal kesekian yang menurutku patut buat disyukuri. Menit demi menit berganti; satu, dua, tiga anak mulai memenuhi bangku yang kosong. Teman sebangku-ku duduk dan memekik melihatku, berkata Aku terlalu pintar untuk meninggalkan ranselku disekolah. Aku hanya tertawa kecil dan bertanya dimana ranselku sekarang, karna saat Aku melihatnya hanya ada ranselnya. Dan jawabannya, "Waktu Aku mau bawa ranselmu, si In bilang biar dia aja yang bawa. Karna kalian dekat, jadi akhirnya Aku kasih ke dia."