Selasa, 05 Agustus 2014

Sepenggal perkenalan untuk Dia

Dulu, kami adalah orang yang paling bahagia. Dia dan kenakalannya, Aku dan sifat penakutku. Kami dekat disekolah, seperti layaknya teman dekat. Guru-guru mengenal kami seperti, sepasang anak yang tak terpisahkan. (Kita kasih inisial In aja yok :P)

Beberapa waktu lalu, Aku mengikuti pelatihan saat jam pelajaran dimulai. Aku lupa membawa ranselku sewaktu pelatihan. Setelah selesai pelatihan pun, Aku mengambilnya disekolah yang sudah sepi alamat kuburan. Mengecek kelas untuk mencari satu benda itu harusnya mudah disaat tempat ini kosong, tapi yang dicari tak kunjung muncul. Karna lelah dan takut dengan situasi seperti, Aku akhirnya memutuskan untuk pulang dan melanjutkannya besok.

***

Udara pagi hari disekolah sangat sejuk, karna sekolah kami di tanjakan bukit dan ini pukul setengah tujuh wajar saja. Aku adalah pengunjung pertama di sekolah setiap harinya. Duduk di dekat jendela adalah hal kesekian yang menurutku patut buat disyukuri. Menit demi menit berganti; satu, dua, tiga anak mulai memenuhi bangku yang kosong. Teman sebangku-ku duduk dan memekik melihatku, berkata Aku terlalu pintar untuk meninggalkan ranselku disekolah. Aku hanya tertawa kecil dan bertanya dimana ranselku sekarang, karna saat Aku melihatnya hanya ada ranselnya. Dan jawabannya, "Waktu Aku mau bawa ranselmu, si In bilang biar dia aja yang bawa. Karna kalian dekat, jadi akhirnya Aku kasih ke dia."



Tidak ada komentar:

Posting Komentar